Maqamat Dalam Tasawuf : Taubat dan Sabar


Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Hallo teman-teman, dalam tulisan blog kali ini saya akan menjelaskan mengenai maqamat dalam tasawuf tentang taubat dan sabar. Selamat membaca.

Apa Pengertian Maqomat Dalam Dunia Tasawuf?

Maqom adalah kedudukan atau tahapan seorang sufi berada. Menurut istilah ilmu tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang hamba di hadapan Allah, yang diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadat dan lain-lain, latihan spritual serta (berhubungan) yang tidak putus-putusnya dengan Allah SWT atau secara teknis maqamat juga berarti aktivitas dan usaha maksimal seorang sufi untuk meningkatkan kualitas spiritual dan kedudukannya (maqam) di hadapan Allah SWT dengan amalan-amalan tertentu sampai adanya petunjuk untuk mengubah pada konsentrasi terhadap amalan tertentu lainnya, yang diyakini sebagai amalan yang lebih tinggi nilai spiritualnya di hadapan Allah SWT.

Bagaimana Penjelasan Mengenai Maqamat Taubat Dalam Tasawuf?

Secara terminologi Islam arti taubat adalah meninggalkan maksiat dalam segala hal, menyesali dosa yang pernah diperbuat dan tidak mengulanginya kembali. Sedangkan taubat menurut istilah para sufi adalah kembali kepada ketaatan dari perbuatan maksiat, kembali dari nafsu kepada haq (jalan kebenaran).

Ada tiga macam taubah: 

1. Al-taubah bagi orang awam, yaitu menyesali dan meninggalkan dosa - dosa lahir, seperti pembunuhan, zina, pencurian dan sebagainya.

2. Al-taubah bagi orang khawwas, yaitu menyesali dan meninggalkan dosa - dosa batin, seperti kesombongan, keangkuhan dengki dan sebagainya. 

3. Al-taubah bagi orang khawwas al - khawwas, yaitu menyesal dan meninggalkan perbuatan lalai dari zikir, karena keistimewaan gologan ini adalah batinnya selalu ingat akan Allah SWT. 

Allah memberikan penjelasan tentang taubat dalam Al-Qur’an ayat 8 surat at- Tahrīm (66) sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”

Istilah taubat nasuha dalam ayat diatas dimaknai oleh Said Hawwa yaitu taubat sadiqah (jujur, benar) dan khalisah (murni, bersih, tulus). Selanjutnya dijelaskannya dengan mengutip Ibnu Kasir bahwa taubat nasuha adalah taubat yang menghapus kesalahan yang lewat. Berbagai kekusutan ataupun kesalahan yang membuat diri terhina dan rendah lalu dihimpun dan menjadi terhapus dengan taubat. Artinya taubat tersebut berfungsi menghilangkan dan menghapus kesalahan. Taubat juga dipahami dapat memutus rangkaian dosa ibarat memutus tali yang mengikat suatu benda.

 Taubat Menurut Para Tokoh Sufi :

1. Imam Al-Ghazali

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa, taubat adalah suatu usaha dari beberapa pekerjaan hati. Imam al-Ghazali menekankan bahwa, para pelaku ibadah diharuskan untuk bertaubat karena dua hal:

a. Karena pelbagai perbuatan dosa dapat melahirkan kesialan dan mengakibatkan kemalangan bagi pelakunya. perbuatan dosa juga bisa menghambat upaya kita untuk mematuhi dan mengabdi kepada Allah Swt., karena tumpukan dosa yang terus menerus dilakukan, akan dapat membuat kalbu menjadi hitam. Oleh sebab itu taubat dilakukan supaya berhasil memperoleh pertolongan untuk mencapai ketaatan.

b. Supaya semua amal ibadah diterima oleh Allah Swt.,

2. Rabi‟ah Al-Adawiyah

Taubat (taubah) adalah tahap pertama dalam Jalan menuju Tuhan. Taubat menduduki maqam yang pertama, karena dosa itu dinding antara manusia dan Tuhannya. Jadi, Taubat adalah bagian terpenting dalam kehidupan menuju Allah. Taubat pun juga mempunyai beberapa tingkatan:

a. Taubat adalah dengan membiarkan seseorang merasa bersalah dan menyesali perbuatannya secara mendalam.

b. Penyesalan (taubat) berarti menghapuskan kebiasaan masa lalu serta perilaku yang terus diulang oleh seseorang.

c. Bertaubat berarti membebaskan seseorang dari kecenderungan untuk tidak adil, rasa permusuhan, serta terhapusnya dorongan prasangka yang merusak.

3. Dzun Nun Al-Mishri

Al-Misri membagi taubat menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Orang yang bertaubat karena dari dosa dan keburukannya

b. Orang yang bertaubatdari kelalaiannya dan kealfaannya dalam mengingat Tuhan

c. Orang yang bertaubat karena memandangkebaikan dan ketaatannya.


Lalu, Bagaimana Penjelasan Mengenai Maqamat Sabar Dalam Tasawuf?

Di kalangan para sufi, sabar diartikan sabar dalam menjalankan perintah-perintah Allah, dalam menjauhi segala larangan-Nya, dan dalam menerima segala percobaan yang ditimpakan-Nya pada diri kita. Sabar merupakan salah satu dari sekian maqamat untuk menuju kepada ma‟rifat. Dalam perspektif tasawuf sabar berarti menjaga menjaga adab pada musibah yang menimpanya, selalu tabah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya serta tabah menghadapi segala peristiwa.

Menurut al-Sarraj sabar terbagi atas tiga macam yaitu:

1. Orang yang berjuang untuk sabar

2. Orang yang sabar

3. Orang yang sangat sabar

Allah memberikan penjelasan tentang taubat dalam Al-Qur’an  surat An-Nahl: 127.

ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُخْزِيهِمْ وَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تُشَاقُّونَ فِيهِمْ ۚ قَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ إِنَّ الْخِزْيَ الْيَوْمَ وَالسُّوءَ عَلَى الْكَافِرِينَ

“Kemudian Allah menghinakan mereka di hari kiamat, dan berfirman: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya) kamu selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang mukmin)?" Berkatalah orang-orang yang telah diberi ilmu: "Sesungguhnya kehinaan dan azab hari ini ditimpakan atas orang-orang yang kafir"

Pembagian Sabar, sabar dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Sabar terhadap maksiat yaitu, menahan diri untuk menghindari perbuatan jahat, dan dari perbuatan hawa nasu

2. Sabar dalam menghadapi ibadah yaitu, misalnya latihan yang tekun dan terus menerus, seperti latihan shalat

3. Sabar dalam menahan diri dari kemunduran yaitu, tetap berusaha untuk mempertahankan sesuatu yang telah di yakininya, misalnya pada saat membela kebenaran, melindungi kemaslahatan, mempertahankan harta dari perampok, menjaga nama baik

Sabar Menurut Para Tokoh Sufi :

1. Al-Ghazali membagi sabar berdasarkan tingkat pengendalian nafsu dalam diri manusia, yaitu terbagi menjadi tiga tingkatan:

a. Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya karena ia mempunyai daya juang yang tinggi.

b. Orang yang kalah oleh hawa nafsunya, ia telah mencoba bertahan atas dorongan hawa nafsunya, tetapi karenya kesabaranya lemah maka ia kalah.

c. Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu tapi suatu ketika ia kalah karena besarnya dorongan nasu. Meskipun demikian, ia bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut.

2. Dzun Nun al-Misri, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sikap cukup

3. Al-Kalabadzi, mengatakan bahwa sabar adalah pengharapan akan kesenangan atau kegembiraan dari Allah, dan ini merupakan pengabdian yang paling mulia dan paling tinggi.


------------------------------------------------------

Kesimpulan :

Dari penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa maqam merupakan bentuk jamak dari maqam yang artinya, kedudukan atau tempat. Dalam tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang hamba di hadapan Allah, yang diperoleh dengan melalui peribadatan. Maqamat dalam tasawuf ada beberapa tahapan. Di sini menjabarkan mengenai maqamat taubat dan sabar. 

Definisi taubat diberikan oleh para ahli banyak sekali. Berdasarkan istilah para sufi, taubat adalah kembali kepada ketaatan dari perbuatan maksiat, kembali dari nafsu kepada haq (jalan kebenaran). Taubat selamanya wajib hukumnya, manusia sulit lepas dari kemaksiatan. Semua itu adalah kekurangan dan setiap orang tidak akan bisa lepas dari kekurangan ini. Namun, manusia memiliki kemampuan dan prinsip yang bertingkat dalam semua itu untuk bisa memperbaiki atas kekurangannya. Beberapa tokoh sufi yang mengemukakan mengenai taubat sebagai berikut :

1. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa, taubat adalah suatu usaha dari beberapa pekerjaan hati.

2. Rabi‟ah Al-Adawiyah berpendapat Taubat (taubah) adalah tahap pertama dalam Jalan menuju Tuhan.

3. Dzun Nun Al-Mishri berpendapat bahwa bagi yang meminta ampun dari dosa tanpa menanggalkan dosa tersebut, merupakan taubat para pendusta. Dan sebaliknya bagi yang bertaubat kemudian tidak melanggar maka ia termasuk orang yang bahagia.

Kemudian definisi sabar dikalangan para sufi yaitu sikap dalam menjalankan perintah-perintah Allah, dalam menjauhi segala larangan-Nya, dan dalam menerima segala percobaan yang ditimpakan-Nya pada diri kita. Allah menjelaskan sikap sabar dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 27. Beberapa tokoh sufi yang mengemukakan mengenai sabar sebagai berikut :

1. Al-Ghazali membagi sabar berdasarkan tingkat pengendalian nafsu dalam diri manusia

2. Dzun Nun al-Misri, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sikap cukup (apa adanya)

3. Al-Kalabadzi, mengatakan bahwa sabar adalah pengharapan akan kesenangan atau kegembiraan dari Allah, dan ini merupakan pengabdian yang paling mulia dan paling tinggi

Sebagai seorang muslim yang taat kepada Allah SWT, hendaknya senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Manusia memang tidak ada yang sempurna, dan kesalahan serta kelalaian pasti selalu ada. Namun Allah SWT adalah Maha Pengasih dan Maha Pemberi Kesempatan. Masih dibukakan pintu untuk memperbaiki atas kesalahan yang diperbuat dengan bertaubat. Kita yang sudah diberi kesempatan untuk bertaubat seharusnya tidak menyiakan-nyiakannya. Hidup di dunia hanya sekali sehingga harus digunakan dengan sebaik-baiknya, utamakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam setiap jalan hidup pasti ada cobaan yang selalu menghampiri sekalipun dalam urusan ibadah kepada Allah SWT. Sifat sabar menjadi kunci agar hidup bisa terus berjalan ditengah terpaan cobaan. Yang terpenting adalah menanamkan keyakinan bahwa Allah akan selalu ada untuk hamba-Nya. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karna semua sudah diatur jalannya.

------------------------------------------------------

Cukup itu penjelasan dari saya, semoga bermanfaat untuk semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tokoh-tokoh Tasawuf Pada Masa Klasik, Abad Pertengahan, Modern, dan Kontemporer

Ahwal dalam Tasawuf : Tawadhu dan Taqwa

Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Dan Indikator Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI