Tasawuf Akhlaki dan Amali


 Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Hallo teman-teman, dalam tulisan blog kali ini saya akan menjelaskan mengenai tasawuf akhlaqi atau tasawuf amali. Selamat membaca(.


Apa sih yang dimaksud tasawuf akhlaqi/amali itu?

Tasawuf akhlaqi dan amali termasuk jenis tasawuf sunni. Perbedaan antara keduanya terletak pada penekanan orientasinya, tasawuf akhlaqi lebih menekankan pembinaan mental melalui pengendalian nafsu dengan maksud mendekatkan diri pada Tuhan. Sedangkan tasawuf amali lebih menekankan pada pembinaan moral dalam upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Apa saja metode dalam tasawuf akhlaqi dan amali? 

-Metode Pengajaran Akhlaqi-

Takhalli 

Adalah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan juga dari kotoran atau penyakit hati yang merusak. Al – Gazhali berpendapat sifat-sifat tercela tersebut adalah najis ma’nawi (najasah ma’nawiyah). Konsep yang bisa diterapkan dalam metode ini yaitu al – zuhd (anti dunia), maksudnya langkah untuk menanamkan benci kepada kehidupan dunia serta mematikan hawa nafsu.

Tahalli

Adalah menghiasi diri dengan kebaikan dan kebajikan, taat dengan segala ajaran dalam agama. Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa setelah usaha pengosongan dari sifat dan sikap mental yang tercela. 

Tajalli 

Adalah tahap ketika seorang hamba mampu melalui tahap Takhalli dan Tahalli. Tajalli adalah lenyapnya hijab dari sifat kemanusiaan atau terangnya nur selama itu tersembunyi atau fana atas segala sesuatu selain Allah. Dalam tahap ini akan terbukanya hijab (penutup) yang selama ini melekat dalam sifat-sifat kemanusiaan (basyariyah), dan sekaligus munculnya cahaya benderang dari Yang Maha Suci.

-Metode Pengajaran Amali-

Ajaran tasawuf amali didasarkan padag ajaran dasar Islam. Ajaran Islam dapat dikategorikan menjadi tiga komponen, yakni : iman (Aqidah), Islam (Syariah : Ibadah dan Muamalah), ihsan (akhlak-tasawuf). 

Ajaran dasar pertama ialah iman atau istilah lain dengan aqidah. Agama Islam mengajarkan pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap orang yang mengaku dirinya sebagai seorang mukmin. 

Ajaran dasar kedua adalah Islam (Syari’ah). Syari’ah diartikan sebagai peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap muslim. Peraturan tersebut mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan (hablum minallah) atau bisa disebut dengan ibadah dan manusia dengan kemasyarakatan (hablum minannas) atau bisa disebut dengan muamalah. 

Ajaran dasar ketiga adalah Ihsan. Ihsan adalah ajaran mengenai rasa penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam kehidupannya. Penghayatan ini dapat dilakukan melalui  ibadah dengan Tuhan. Kemudian rasa penghayatan dalam diri seseorang ini berkembang dalam tasawuf.

Sejatinya, ketiga ajaran di atas memiliki keterkaitan satu sama lain atau bersifat integratif. Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak lengkap tanpa ihsan.

Siapa saja tokoh-tokohnya? 

Tokoh Tasawuf Amali

Yang pertama adalah Hasan Al-Basri (21 H-110 H). Beliau lahir di Madinah tahun 21 Hijriyah. Prinsip ajaran tasawuf Hasan Al-Basri yang paling utama adalah bersikap zuhud pada dunia, berbuat Khauf (rasa takut) dan Raja’ (pengharapan) maksudnya merasa takut akan siksa Allah SWT dan memohon ampun atas segala dosa.

Yang kedua adalah Robi’ah Al-Adawiyah (96 H-185 H). Beliau lahir di Basrah pada tahun 96 Hijriyah. Konsep dari ajaran tasawuf Robi’ah Al-Adawiyah berfokus pada al-Hubb (cinta) kepada Allah SWT.dari tafsir Abu Thalib Al-Milky yang dimaksud al-Hubb di sini adalah cinta yang timbul karena yang nikmat kebaikan yang diberikan kepada Allah SWT.

Yang ketiga adalah Dzun Nun Al-Misri (180 H-246 H). Beliau lahir pada tahun 180 Hijriyah. Konsep tasawuf beliau menonjolkan tentang makrifat. 

Tasawuf Akhlaki

Yang pertama adalah Hasan Al-Basri. Beliau berpandangan tasawuf merupakan ajaran untuk menanamkan rasa takut kepada Allah SWT di dalam diri setiap hamba.

Yang kedua adalah Al-Muhasibi (165 H-243 H). Beliau lahir di Basrah, Irak pada tahun 165 Hijriyah. Beliau berpendapat bahawa ada 3 hal yang perlu ditekankan untuk membersihkan jiwa dan untuk mencapai jalan keselamatan, yaitu ma’rifat, khauf, dan raja’.

Yang ketiga adalah Al-Qusyairi (376 H-465 H). Ajaran tasawuf beliau di dasarkan pada Ahlusunnah Wal Jama’ah yang berlandaskan ketauhidan. 

Yang keempat adalah Al-Ghazali (450 H-505 H). Al-Ghazali berupaya mengembalikan ajaran tasawuf yang sesuai syariat agama Islam, berpedoman Al-Qur’an dan Sunnah. Beliau lebih menekankan pada pendidikan moral, dianjurkan memperdalam ilmu aqidah dan syariat terlebih dahulu sebelum mempelajari ketasawufan. 

------------------------------------------------------

Kesimpulan :

Dari penjelasan saya di atas dapat disimpulkan bahwa tasawuf akhlaki lebih menerkankan pada pembinaan mental melalui pengendalian nafsu  dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan tasawuf amali, lebih menekankan pada pembinaan moral.

Tokoh tasawuf amali yaitu Hasan Al-Basri (21 H-110 H), Robi’ah Al-Adawiyah (96 H-185 H), dan Dzun Nun Al-Misri (180 H-246 H). Dan untuk tokoh tasawuf akhlaki yaitu Hasan Al-Basri, Al-Muhasibi (165 H-243 H), Al-Qusyairi (376 H-465 H), dan Al-Ghazali (450 H-505 H).

------------------------------------------------------

Cukup itu penjelasan dari saya, semoga bermanfaat untuk semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tokoh-tokoh Tasawuf Pada Masa Klasik, Abad Pertengahan, Modern, dan Kontemporer

Ahwal dalam Tasawuf : Tawadhu dan Taqwa

Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Dan Indikator Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI