Maqamat Tasawuf : Khauf dan Raja'


 Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Hallo teman-teman, dalam tulisan blog kali ini saya akan menjelaskan mengenai maqomat dalam tasawuf yakni Khauf dan Raja’. Selamat membaca.

A. Pengertian Khauf dan Raja’

1. Pengertian Khauf

Secara etimologi khauf berasal dari bahasa arab khafa, isim masdarnya khufaa yang berarti ketakutan, dalam KBBI. Kekhawatiran sendiri merupakan kata sifat yang bermakna takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui pastinya. Sedangkan takut adalah kata sifat yang memiliki beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi suatu yang dianggap akan mendatangkan bencana, tidak berani, gelisah, dan khawatir. Jadi makna dari khauf itu sendiri berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap sesuatu yang yang dimana hal itu belum diketahui dengan pasti. Sedangkan secara terminologi, sebagaimana diuraikan dalam kamus tasawuf, khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya., takut atau khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya.

Khauf adalah sebagian dari iman sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran dalam surat Al-Imran (3: 175) “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman. Para ulama’ membagi khauf menjadi lima macam yaitu: 

a. Khauf Ibadah, yaitu takut kepada Allah, karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghina siapa yang dikehendaki-Nya, dan menahan dari siapa yang dikehendaki-Nya. 

b. Khauf Syirik, yaitu memalingkan ibadah qalbiyah ini kepada selain Allah, seperti kepada para Wali, Jin, Patung-patung, dan sebagainya.

c. Khauf Maksiat, seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan karena takut dari manusia dan tidak dalam keadaan terpaksa. 

d. Khauf Tabiat, seperti takutnya manusia dari ular, takutnya singa, takut tenggelam, takut api, atau musuh, atau selainnya.

e. Khauf Wahm, yaitu rasa takut yaang tidak ada penyebabnya, atau pengebabnya tetapi ringan. Takut yang seperti ini amat tercela bahkan memasukkan pelaku ke dalam golongan para penakut.

2. Pengertian Raja’

Raja’ secara bahasa berarti perasaan gembira menanti atau berharap apa yang disukai. Dalam istilah syariat, Raja’  adalah perasaan gembira akan karunia Allah swt. Dan berharap mendapat pemberian-Nya, disertai dengan sikap percaya akan kebaikan Allah swt. Dengan sikap Raja’ ini hati akan terbimbing melangkah sampai negeri yang diidam-idamkan yaitu syurga Allah swt. 

Secara terminologi, raja’ diartikan sebagai sesuatu sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang shaleh. Menurut Ibnul Qoyyim dalam “Madarijus-Salikin”. “Orang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa raja’ tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal”. Dengan demikian, raja’ kepada Allah akan tercapai dengan beberapa hal, diantaranya: pertama, senantiasa menyaksikan karunia-Nya, kenikmatan-Nya, dan kebaikan-kebaikanNya terhadap hamba; kedua jujur dalam mengharap apa yang ada di sisi Allah dari pahala dan kenikmatan; ketiga, membentengi diri dengan amal shaleh dan bergegas dalam kebaikan.

Ibnul Qoyyim membagi raja’ kepada tiga bagian, dua diantaranya raja’ ; yang benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Raja’ yang menjadikan pelakunya terpuji; pertama, seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah diatas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahala-Nya; kedua, seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela: seseorang terus-menerus dalam kesalahankesalahanya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan; raja’ yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.

Raja’ menuntut adanya khauf dalam diri seseorang mukmin, yang dengan itu akan memacukan untuk melakukan amalan-amalan sholeh, tanpa disertai khauf, raja’ hanya akan bernilai sebuah fatamorgana. Sebaliknya khauf juga menuntut adanya raja’, tanpa raja’, khauf hanyalah berupa keputusan tak berarti Jadi, khauf dan raja’ harus senantiasa menyatu dalam diri seorang mukmin dalam rangka menyeimbangkan hidupnya untuk tetap istiqomah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya mengharap pahala dan takut akan siksaNya. Keduanya ibarat dua sayap burung yang denganya ia dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna.

B. Dalil Mengenai Raja' dan Khauf

1. Dalil Khauf (Rasa Takut) 


أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapakah diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah sesuatu yang harus ditakuti.” (QS. Al-Isra’: 57)

2. Dalil Raja’ (Berharap) 


َمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Untuk itu, barang siapa yang mengharab berjumpa dengan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengajarkan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan dengan apapun dalam beribadah kepada Rabbnya”. (QS. Al-Kahfi: 110)

Seorang hamba harus menyeimbangkan antara khauf dan raja’ sebagaimana dalam ayat berikut yang menjelaskan seorang hamba berdoa dengan harap dan cemas. 

Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa takut (khauf), maka akan terjerumus dalam akidah khawarij yang putus asa dari rahmat Allah padahal Allah Maha Pengasih. Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa raja’ (berharap), maka akan terjerumus dalam akidah murji’ah yang menghilangkan rasa takut kepada Allah, hanya menonjolkan ampunan dan rasa harap padahal Allah juga “syadidul iqab” yaitu keras azabnya.

C. Contoh Perilaku Khauf dan Raja’

1. Dampak negatif dari Khauf dan Raja’ 

a. Orang yang raja’ memiliki rasa optimisme yang terlalu tinggi, sehingga tidak memiliki rasa takut dengan dosa yang telah, sedang, atau akan diperbuatnya. Dia akan merencanakan taubat apabila dia sudah puas berbuat kemaksiatan. Sebalikya, orang dalam keadaan khauf yang berlebihan akan memiliki hidup yang kacau dan berantakan. Rasa bersalah akan dosa besar yang dilakukannya menutupi harapan dia kembali ke jalan yang benar. Dia yakin bahwa semua kebaikan yang dilakukan tidak dapat menebus dosanya sehingga dia tidak segra bertaubat justru semakin tenggelam dalam kemaksiatan. 

b. Orang yang sedang dalam keadaan raja’ dia memastikan akan mendapat kasih sayang, rahmat dan ampunan dari Allah. Berbeda dengan orang yang dalam keadaan khauf, yang terbayang olehnya adalah siksaan dan azab Allah yang sangat pedih. 

2. Dampak Positif Perilaku dan Sikap dari Khauf dan Raja’ 

a. Perilaku dan Sikap Khauf

1) Selalu mengingat siksaan Allah jika ingin berbuat maksiat

2) Jangan mengingat kebaikan yang kita berbuat dan ingatlah dosa yang kita perbuat

3) Senantiasa berwaspada dengan godaan-godaan untuk bermaksiat

4) Selalu berusaha meningkatkan ibadah kita

5) Sangat berhati-hati dengan perilaku dan ucapannya

6) Selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga kita menjauhi larangan-larangan Allah.

b. Perilaku dan Sikap Raja’

1) Senantiasa mengaharapkan pengampunan kepada Allah swt

2) Selalu mengharapkan kemuliaan dan pahala dari Allah semata bukan dari manusia

3) Berharap kehidupan bahagia dunia dan akhirat hanya kepada Allah swt

4) Senantiasa mengharap ridho dan rahmat dari Allah swt.

5) Selalu berfikir positif 

6) Serta memiliki rasa tanggung jawab, pengayom dan pelindung.

7) Selalu bersyukur dengan rahmat dari Allah.


------------------------------------------------------

Kesimpulan :

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya., takut atau khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya. Sedangkan Raja’ adalah sesuatu sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang shaleh. Dalil tentang khauf dan raja’ telah jelas tertera dalam Al-Qur’an dan As-Sunah yang mana sebagai sumber hukum umat Islam di dunia. Adapun contoh dari perilaku khauf dan raja’ telah dipaparkan diatas. 

Antara khauf dan raja’ harus seimbang dan berhubungan, kekurangan khauf menyebabkan seseorang lalai dan berani melakukan maksiat, sedangkan khauf yang berlebihan akan menjadikan putus asa dan pesimis. Begitu pula dengan sebaliknya, apabila sikap khauf dan raja’ terlalu besar dan berlebihan, akan membuat orang menjadi sombong dan meremehkan amalan-amalan karena rasa optimisnya yang berlebihan.

------------------------------------------------------

Cukup itu penjelasan dari saya, semoga bermanfaat untuk semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tokoh-tokoh Tasawuf Pada Masa Klasik, Abad Pertengahan, Modern, dan Kontemporer

Maqamat Dalam Tasawuf : Taubat dan Sabar

Maqomat Tasawuf : Ma'rifat dan Ridho